Beta atau Flamer?
Tahu apa bedanya Beta Reader sama Flamer? Ya jelas atuh, Beta Reader mah blablabla sementara Flamer mah blablabla ... :P
Hehe. Udah ah, nggak mau pamer definisi, sana aja ke Wikipedia cari arti dan fungsi, misi dan visi-nya sih..
Hanya mau sedikit membahas soal ini. Pertama, bukalah FFn dan pilih salah satu FF karya aicchan. Lihat word count-nya. Hitungannya pasti minimal 4k. Euh ... ada satu deng, yang hanya 600 kata :P
Lalu, lihat salah satu reviewnya, ada yang menulis:
Jadi nyengir sendiri. Sejak kapan panjang pendeknya FF menjadi tolok ukur bagus tidaknya FF sehingga layak masuk review? Di FFn sendiri nggak ada batasan panjang, hanya ada batasan besar dokumen maksimal: There is an upload file size limit of 9MB, dan itu juga hanya untuk urusan bisa enggaknya upload, bukan masalah jumlah kata.
Memang kecenderungan, FF jumlah kata kecil, makin banyak pengunjungnya, makin banyak reviewnya. Meski isinya geje sangat, meski penuh dengan lowongan OC--jadi isinya apa?-- meski penuh typo. Tapi FF dengan jumlah kata 10k, dengan plot mengalir, dengan deskripsi bagus, dengan nyaris tanpa typo, miskin pembaca, dan tentunya akan menghasilkan review yang sedikit.
Apakah kita memang ... malas membaca?
Kita kembali ke soal perbedaan antara Beta dan Flamer. Kalau perbedaan kita mungkin udah tahu, tapi apakah ada persamaan antara Beta dan Flamer?
Ada.
Mereka membaca tiap kata dengan baik, dengan teliti.
Beta Reader tentu saja membaca dengan teliti. Dia khusnuzon, berniat baik, ber-aura menolong. Kalau ketemu kesalahan, segera dia beritahukan pada penulis, agar penulis mengoreksi. Kalau ada kelemahan plot misalnya, dia minta penulis untuk memperbaiki agar plot jadi kuat. Dan ... satu lagi yang harus dipunyai Beta Reader, dia harus juga menemukan keunggulan naskah, dan memberitahukan pada penulis, agar penulis bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan, di cerita yang akan datang.
Apakah kau termasuk pembaca berjiwa Beta Reader?
Tapi ... Flamer juga membaca dengan teliti. Dengan suudzon, dengan niat jelek, dengan aura membunuh :P Tiap kata di baca, agar ketahuan dimana kelemahan penulis, dan diakhiri dengan menulis review penuh kalimat negatif.
Mungkin kau termasuk jiwa Flamer? Ngaku aja!
Hihi ..
Untuk bisa menemukan kesalahan dan kelemahan sebuah tulisan, tentu saja kita harus membacanya menyeluruh. Berarti harus ada waktu untuk membaca sungguh-sungguh. Lalu kita juga harus mempunya basic kuat, dalam hal menulis, dalam hal EYD, dalam hal fandom itu sendiri, dan kalau bisa juga sedikit basic sastra. Jadi Beta Reader maupun Flamer, harus punya kesemuanya ini.
Yang membedakan, hanya niat. Niatnya menolong atau membunuh :P Tata cara awalnya sih sama aja, baca dulu, cari kesalahan, dan baru setelah itu jalan bercabang, mau menolong atau membunuh?
Dan itu membawa kita dalam kesimpulan: yang nggak mau membaca, yang mengatakan sebuah fic itu terlalu panjang, pantaskah untuk disebut--bahkan--seorang Flamer?
Hehe. Udah ah, nggak mau pamer definisi, sana aja ke Wikipedia cari arti dan fungsi, misi dan visi-nya sih..
Hanya mau sedikit membahas soal ini. Pertama, bukalah FFn dan pilih salah satu FF karya aicchan. Lihat word count-nya. Hitungannya pasti minimal 4k. Euh ... ada satu deng, yang hanya 600 kata :P
Lalu, lihat salah satu reviewnya, ada yang menulis:
Sebaiknya fiksi ini Anda buat ber-chapter saja. Terlalu panjang
Jadi nyengir sendiri. Sejak kapan panjang pendeknya FF menjadi tolok ukur bagus tidaknya FF sehingga layak masuk review? Di FFn sendiri nggak ada batasan panjang, hanya ada batasan besar dokumen maksimal: There is an upload file size limit of 9MB, dan itu juga hanya untuk urusan bisa enggaknya upload, bukan masalah jumlah kata.
Memang kecenderungan, FF jumlah kata kecil, makin banyak pengunjungnya, makin banyak reviewnya. Meski isinya geje sangat, meski penuh dengan lowongan OC--jadi isinya apa?-- meski penuh typo. Tapi FF dengan jumlah kata 10k, dengan plot mengalir, dengan deskripsi bagus, dengan nyaris tanpa typo, miskin pembaca, dan tentunya akan menghasilkan review yang sedikit.
Apakah kita memang ... malas membaca?
Kita kembali ke soal perbedaan antara Beta dan Flamer. Kalau perbedaan kita mungkin udah tahu, tapi apakah ada persamaan antara Beta dan Flamer?
Ada.
Mereka membaca tiap kata dengan baik, dengan teliti.
Beta Reader tentu saja membaca dengan teliti. Dia khusnuzon, berniat baik, ber-aura menolong. Kalau ketemu kesalahan, segera dia beritahukan pada penulis, agar penulis mengoreksi. Kalau ada kelemahan plot misalnya, dia minta penulis untuk memperbaiki agar plot jadi kuat. Dan ... satu lagi yang harus dipunyai Beta Reader, dia harus juga menemukan keunggulan naskah, dan memberitahukan pada penulis, agar penulis bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan, di cerita yang akan datang.
Apakah kau termasuk pembaca berjiwa Beta Reader?
Tapi ... Flamer juga membaca dengan teliti. Dengan suudzon, dengan niat jelek, dengan aura membunuh :P Tiap kata di baca, agar ketahuan dimana kelemahan penulis, dan diakhiri dengan menulis review penuh kalimat negatif.
Mungkin kau termasuk jiwa Flamer? Ngaku aja!
Hihi ..
Untuk bisa menemukan kesalahan dan kelemahan sebuah tulisan, tentu saja kita harus membacanya menyeluruh. Berarti harus ada waktu untuk membaca sungguh-sungguh. Lalu kita juga harus mempunya basic kuat, dalam hal menulis, dalam hal EYD, dalam hal fandom itu sendiri, dan kalau bisa juga sedikit basic sastra. Jadi Beta Reader maupun Flamer, harus punya kesemuanya ini.
Yang membedakan, hanya niat. Niatnya menolong atau membunuh :P Tata cara awalnya sih sama aja, baca dulu, cari kesalahan, dan baru setelah itu jalan bercabang, mau menolong atau membunuh?
Dan itu membawa kita dalam kesimpulan: yang nggak mau membaca, yang mengatakan sebuah fic itu terlalu panjang, pantaskah untuk disebut--bahkan--seorang Flamer?