Thursday, October 31, 2013

Masih tentang Fangirl #susahmoveon XD

Ternyata Rainbow Rowell juga alumni NaNoWriMo, dan hasil NaNoWriMo-nya adalah Fangirl ('Anna and The French Kiss' dari Stephanie Perkins juga hasil NaNoWriMo XD)

Dear Writer,
I was very skeptical about NaNoWriMo at first.
It seemed like something that amateur writers would do. Or young writers. People who needed to be tricked into finishing their books. I’d already written two books by October 2011, and sold them to publishers, and I couldn’t imagine writing either of them—or anything good—in a month.
That’s not writing, I thought, that’s just piling up words.
But then I thought about how wonderful it would be to have a pile of 50,000 words…
Maybe some writers enjoy the first draft—the part of the writing process when anything is possible, and you’re out there forging your own path. I hate that part. All I can think about when I’m starting a book are all the words I haven’t written yet. I actually feel them, hanging around my neck, tugging at me. First drafts always make me feel anxious and a little desperate—like, “Oh God, I just need to get all of this out and on paper, so that I have something to work with.”
I like having something to work with.
That’s why I eventually decided to try NaNoWriMo—to fast-forward through that desperate, blank-page phase and get to the good stuff. I told myself that it didn’t matter if my first draft was bad. All my books have required major revisions, anyway. And even if NaNoWriMo was a complete waste of time—if I ended up with a chaotic mess—a month isn’t much time to waste. (Not compared to the five years I worked on my first novel before showing it to anyone.)
Maybe because my expectations were low, I didn’t have a detailed strategy for the month: I took a few days off work, and warned my husband and kids that I was going to be gone a lot until Thanksgiving. And I set three goals:
  • To write every day.
  • To write at least 2,000 words every day.
  • And—this was crucial for me—to keep moving forward.

Normally I start each writing session by rewriting whatever I wrote in my last session. With Fangirl, my NaNoWriMo project, I picked up wherever I’d left off and kept moving. I never looked back.
What I noticed right away was how easy it was for me to pick up. One of my challenges as an author is staying inside the fictional world I’m creating. I have to write in blocks (at least four hours at a time, at least four days in a row) to make any progress. During NaNoWriMo, I never left the world of the book long enough to lose momentum.
I stayed immersed in the story all month long, and that made everything come so much smoother than usual. I got a much quicker grasp on the main characters and their voices. The plotlines shot forward…
I mean, I still didn’t know whether what I’d written was any good. (I hadn’t even read it all in one piece!) But I was so excited about the novel, I wanted to write every day. And even when I wasn’t writing, my brain was still working on the story.
So… I didn’t actually finish my book that November. I met the word goal, but was only about halfway done with Fangirl. I continued working on it through January, then did a pretty heavy rewrite the next spring. Here’s something that really shocked me during my revisions: I kept almost every word I wrote during NaNoWriMo.
That 50,000-word pile I made wasn’t a mess at all. It’s some of the bravest writing I’ve ever done, and it includes my all-time favorite character, a guy I think I would’ve second-guessed to death under normal circumstances. NaNoWriMo helped me push past so many of my doubts and insecurities and bad habits. And I think that’s partly why I love Fangirl so much now—because I remember how swept away I felt when I was writing it.
Pretty neat trick.
Rainbow
Tetiba jadi semangat nulis. Hihi. Entah bisa melampaui 50K atau tidak, tapi akan berusaha atau mati dalam berusaha #apasih

Kemarin ada yang kelewat saat review. Yaitu, saat Cath (atau Wren, atau keduanya) mau pulang ke Omaha dari Lincoln.

Kenapa begitu susahnya mereka dapet kendaraan untuk pulang ya? Mesti nunggu ada yang mau pulang dan mereka bisa numpang. Atau seperti saat Arthur Avery masuk rumah sakit dan Cath ingin bergegas pulang, terpaksa nelepon Levi, dan mereka pergi ke Omaha naik truk-nya.

Kenapa sebegitu susahnya sih? Apa enggak ada kendaraan umum dari Lincoln ke Omaha?

Anakku kuliah di Jatinangor, kost di sana, dan dia pulang kapan dia suka. Dari sana bisa pakai Damri--Damrinya ada yang AC ada yang enggak--bisa pakai angkot yang ganti-ganti jurusan, bisa pakai travel. Bisa ikut mobil Abah kalau pas jam si Abah ngajar (seringnya sih dia menyesuaikan jam pulang sama jam Abah selesai ngajar, biar bisa ikut pulang, hihi) Tapi pokoknya, kendaraan umum banyak. Malah konon ada wacana untuk menghidupkan kembali kereta api Jatinangor. Dan denger-denger, jika monorail jadi dibangun di Bandung, jalur yang pertama dibangun adalah jalur Gedebage-Tanjungsari, berarti melewati Jatinangor.

Berarti kendaraan umum itu bukan masalah.

Kemudian jadi inget obrolan dulu kala sama Abah. Amerika ini negara besar, jalan-jalannya besar-besar, mobil-mobil yang mereka bikin juga gede-gede (nggak seperti mobil-mobil Eropa atau Jepang yang rata-rata kompak). Tapi kebijakan lalulintasnya mendukung ke arah agar setiap individu punya kendaraan sendiri. Sudah sering kita membaca dalam novel, atau mendengar/melihat dalam televisi, cita-cita remaja Amerika adalah: umur 18 tahun keluar dari rumah, mencari pekerjaan, menabung untuk beli mobil! Jadi kebijakan yang mendukung agar rakyat Amerika itu naik kendaraan umum itu nggak populer.

Beda dengan di Eropa, di mana orang terbiasa naik kendaraan umum. Orang yang naik kendaraan pribadi itu biasanya benar-benar kaya, atau punya kedudukan tertentu, pokoknya sedikit lah. Demikian juga di Jepang, di Korea, di Singapur... Kendaraan umumnya bersih dan tepat waktu. Kepala Stasiun di Jepang terkenal akan permintaan maaf mereka jika kereta terlambat satu menit! Apalagi kalau lebih!

...dan di negara kita tercinta ini, yang ditumbuhkan adalah kebiasaan orang Amerika: tiap orang punya kendaraan sendiri. Bukan kebiasaan orang Eropa atau Jepang/Korea/Singapur. Berasa punya negara besar, berasa punya banyak cadangan minyak, berasa punya duit banyak (duit sendiri bukan hasil ngutang).

Yah. Begitulah XD

Wednesday, October 30, 2013

FANGIRL




FANGIRL
Rainbow Rowell
St Martin’s Griffin
2013, 438 hlm

 

Mulanya @adit_adit yang merekomendasikan buku ini pada Ambu. Terbit 10 September, dia bahkan udah baca sebelumnya. Ambu lihat, baru ada versi hardcover-nya. Muahaaaal. Versi paperback-nya malah masih harus ditunggu lebih dari 100 hari. Dan itu juga masih pakai bahasa Inggris.
Ya sudah, suatu hari keliling-keliling internet (berasa keliling mall :P) dan nemu link untuk mengunduh. Diunduhlah. Mau dibaca. Kalau bagus, mau beli bukunya. Kalau biasa-biasa, setidaknya udah baca tanpa mengeluarkan biaya #dikeplakCath iyaaa, iyaaa, nanti kalau versi paperback-nya keluar, ambu beli deh XD

Jadi, ceritanya Fangirl ini menceritakan Cather Avery, seorang gadis belasan tahun, kembar. Kembarannya Wren Avery. Mereka berasal dari Omaha, Nebraska. Baru saja mereka masuk ke universitas di Lincoln. Mesti masuk asrama, dua orang sekamar.

Wren ingin pisah kamar dengan Cath. Sudah delapan belas tahun sekamar terus, bosan, alasannya. Cath bingung. Dia terbiasa dengan semua rutinitas, nggak terbiasa dengan tantangan. Beda dengan Wren yang extrovert, Cath introvert. Padahal kembar identik, entah siapa yang lebih tua karena lahirnya sesar.

Padahal dari dulu, mereka terus bersama. Sama-sama ditinggal ibu yang pergi entah  ke mana, sama-sama meng-Google saat mereka pertama kali menstruasi karena nggak tahu mesti nanya siapa, sama-sama fangirling-an pada Simon Snow...

Yap, ini cerita intinya!

Jadi, ceritanya ada satu seri buku—sudah terbit tujuh, dan mereka sedang menanti buku kedelapan—judulnya Simon Snow. Simon Snow and the—. Menceritakan tentang Simon, anak yang kemudian mengetahui kalau dia adalah seorang penyihir. Masuk ke sekolah sihir. Berhadapan dengan penjahat. Ditulis oleh Gemma T Leslie. Ya, ya, ya, pasti tahu lah, siapa tokoh yang di-parodikan di sini.

Cath dan Wren nge-fans banget. Punya ketujuh bukunya. Menonton semua filmnya. Punya poster, kaos, dan entah apa lagi merchandise-nya. Bahkan, mereka juga menulis fanfiksinya! Mereka berdua punya akun di situs FanFixx.net, dengan penname Magicath dan Wrenegade. Memang yang lebih aktif menulis adalah Cath. Ada satu fanfiksi multichapter-nya yang ditulis dengan harapan: selesai sebelum buku kedelapan terbit: Carry On, Simon!

Tapi tahun ini berbeda. Cath dan Wren mulai kuliah, masuk asrama. Lingkungan yang berbeda. Pelajaran yang berbeda. Teman-teman yang berbeda. Dan sikap mereka dalam menghadapi semua itu juga, berbeda.

Wren memang sudah lama menanti-nanti kehidupan seperti ini: bebas. Dia bisa merokok, bisa minum alkohol, bahkan kehidupan seks (dia bahkan minum pil KB). Sementara Cath menghadapi semuanya dengan bingung: bahkan dua bulan pertama dia bertahan dengan makan protein-bar untuk sarapan dan makan malam karena dia tidak tahu di mana letak dining hall! Lagipula, saat Wren kompakan dengan teman sekamarnya, Cath malah kikuk. Begitu Cath datang, teman sekamarnya Reagan sudah berada bersama dengan laki-laki yang disangka pacarnya: Levi. Cath tak mau mengganggu, dan interaksi Cath-Reagan jadinya minim pada awalnya.

Cath semakin membenamkan diri pada menulis fanfiksi. Ia menulis bab-bab panjang, sering update. Fanfiksi adalah dunianya, teman-temannya adalah teman-teman dunia maya, bahkan salah satu mata kuliah pilihannya adalah Fiction Writing, karena berkaitan dengan menulis. Ia bisa punya satu teman, Nick, karena ia adalah rekan satu tim dalam mengerjakan tugas-tugas Fiction Writing.

Tapi semua berubah tatkala negara api menyerang! #dikeplakLevi

Profesor-nya dalam kuliah Fiction Writing menuduhnya plagiat karena ia menggunakan salah satu fanfiksinya untuk tugas. Oke, minimal Profesornya menganggapnya malas, karena tidak mau menciptakan tokoh asli buatan sendiri dan malah mencuri tokoh dari penulis Gemma T Leslie. Cath membantah: ia meminjam, tidak mencuri. Profesornya tidak mau tahu, dan hanya ingin menerima tugas yang berisi tokoh buatan sendiri. Cath mendadak merasa tak antusias lagi dalam kuliah ini.

Lalu, ia memang perlahan mulai mengenal teman sekamarnya. Reagan selalu menyangkal bahwa Levi itu pacarnya. Dan ternyata memang bukan. Karena—baca saja sendiri XD

Berikutnya, ayahnya. Oya, ayah dan ibunya berpisah tatkala mereka masih kecil: Cath ingat betul, pertengkaran terakhir terjadi tatkala peristiwa 11 September itu. Lalu ibunya pergi. Ayahnya ditinggal istri, kemudian dua gadisnya pergi kuliah, ternyata semakin semrawut gaya hidupnya. Cath terpaksa pulang untuk mengurusnya.

Masalah lain lagi: Levi. Err... baca sendiri aja ya. Hihi.

Berikutnya lagi: Wren. Wren sampai keracunan alkohol, terlalu banyak minum alkohol, dan ternyata nomer yang pertama dihubungi polisi dari ponsel Wren adalah nomer ibunya! Polisi berasumsi, orang terdekat bagi seorang gadis biasanya ibunya. Memang sih, beberapa minggu terakhir Wren nampak seperti dekat dengan ibunya—yang dikecam habis-habisan oleh Cath. Tapi setidaknya, Cath jadi berbicara lagi dengan ibunya.

Semua itu terjadi saat hari berganti hari dengan cepat, dan tahu-tahu saja cuma tinggal beberapa hari lagi untuk menulis Carry On, Simon! Tanggal edar buku kedelapan Simon Snow kini sudah di depan mata! Bagaimana ini? Padahal masih ada tugas sepuluh ribu kata dari Profesor Piper, profesor mata kuliah Fiction Writing!

Membaca buku ini benar-benar pengen teriak AAAAAAAAH! INI BUKU ISINYA GUE BANGET! ISINYA BENER-BENER UNTUK ANAK-ANAK FFN!

Coba, siapa di antara kita yang sibuk mikirin gaun buat kencan? Lemari Cath di asrama isinya cuma celana panjang, kaos, dan cardigan. Karena yang dipikirnya cuma kuliah, abis itu duduk lagi di kursi di kamarnya: mengetik fanfiksi. Oya, kaosnya juga kebanyakan kaos Simon Snow, hahaha!

Mengetik sampai larut malam? Sudah biasa. Mengetik apa, tugas kuliah? Ehehehe, bukan. Chapter berikutnya, habis fans sudah menanti dengan tak sabar!

Lalu, bagaimana kalau gebetan kita tahu kalau kita menulis fanfiksi, minta dibacakan, padahal tokoh fanfiksinya gay? Bwahaha! #dikeplakLevilagi

Lalu (lagi) bagaimana kalau teman kita bertemu dengan kembaran kita, dan bilang kalau kita tak sama? Karena kembaran kita hot, sementara kita pakai kacamata (kembaran pakai softlens), rambut diiket dan belum mandi karena ngetik semaleman XDD

“It makes me feel like the Ugly One.”

“You’re not the ugly one.” Levi grinned. “You’re just the Clark Kent.”

Gimana bisa kembaran identik bisa punya sifat yang bertolak belakang ya?

Dan ini, bikin meleleh! Saat Cath insecure, takut kalau Levi akan lebih suka pada Wren jika ia bertemu lebih sering dengannya:

“... she smiles more than you [...] I like that you don’t smile at everyone, because then, when you smile at me... Cather,” [...] “I choose you over everyone.”
*meleleh masuk cangkir*

Seneng baca adegan-adegan Levi-Cath-nya, karena ga ada kalimat berbunga-bunga drama queen-drama king di sini. Memang banyak salah sangka-nya, Cath ngira Levi bakalan begini, Levi ngira Cath bakal begitu, dan sebagainya. Tapi karena keduanya berangkat dari pikiran yang sederhana, tak mengherankan kesemuanya bisa selesai dengan mudah.

Levi suka dengerin Cath membacakan fanfiksinya, dan dia juga udah nonton semua filmnya (bandingin dengan Alejandro, pacarnya Wren, yang diajak nonton film Simon Snow, malah bobo XD). Levi juga bisa menghormati keputusan Cath untuk ‘untuk sementara tidak memikirkan seks’ dan Cath masih perawan di saat Wren bahkan sudah biasa pakai pil anti hamil...

Buku ini juga bisa dibilang unik karena di tiap awal chapter ada kutipan, entah apakah dari bukunya Gemma T Leslie, atau dari fanfiksinya Magicath, atau dari Wikia. Konflik dalam buku ini juga sebenarnya tidak besar, atau rumit, sederhana saja, tapi karena dilihat dari POV seorang penulis fanfiksi yang sedang berjuang untuk bisa diterima dalam lingkungan barunya, buku ini jadi menarik!

Jadi, untuk anak-anak FFN, baca buku ini! Jangan pakai alasan: wah, bahasa Inggris, gua kagak ngarti, buat ngartiin Guidelines FFN aja gua kagak bisa #dikeplakProfessorPiper

Atau, ambu aja yang nerjemahinnya ya? #mBuudahmBu #bahasaInggrismupaspasan #setahunnggakselesaiselesainantinya

XD

Pokoknya, baca!

(kembaliin Levi pada @adit_adit)