Friday, June 03, 2016

[REVIEW] The Queen of the Tearling



THE QUEEN OF THE TEARLING
Erika Johansen
Penerjemah: Angelic ZaiZai
Mizan Fantasi - 2016
540 hlm
Rating: D - Dewasa

Ambil hati rakyatmu, atau relakan takhtamu

Seumur hidupnya, Kelsea hidup terasing di sebuah pondok tengah hutan, dididik keras oleh orangtua angkatnya. Sebagai putri mahkota, Kelsea diungsikan untuk menghindari ancaman Ratu Merah dari Kerajaan Mortmesne. Di usia 19, Kelsea harus mengambil alih takhta Kerajaan Tearling. Sebuah tugas yang tidak mudah, karena banyak pihak mengincar nyawanya.

Perjelanan menuju ibukota saja sudah penuh marabahaya, Kelsea diserang, diculik, dan nyaris tewas. Dan ternyata menjadi Ratu tidak semudah teorinya, butuh lebih dari sekadar tekad dan nyali. Berhasilkah Kelsea membebaskan Tearling dari penjajahan Mortmesne? Apalagi rakyatnya sendiri pun masih meragukan ratu mereka yang masih hijau ini.

The Queen of the Tearling adalah debut spektakuler dari Erika Johansen. Bahkan sebelum buku ini dirilis, Warner Bros telah membeli hak cipta filmnya. Emma Watson, aktris yang tekenal dengan perannya sebagai Hermione di film Harry Potter, telah setuju untuk memerankan Kelsea. Begitu terkesan Emma dengan The Queen of the Tearling, hingga dia tidak hanya menjadi pemeran utama, tapi juga produser eksekutifnya




(Fan art dari erkanbahadir23)

Perhatian untuk calon pembaca: buku ini ratingnya Dewasa!

Sebenarnya sudah pernah membaca Tearling ini dalam bahasa Inggris. Alhamdulillah dapat buku edisi bahasa Indonesia-nya dalam salah satu kuis Mizan Fantasi. Dibaca ulang lah, apalagi bahasa Inggris ambu kan pas-pasan, kemungkinan akan ada adegan yang terlewat karena tak paham.

Seperti dipaparkan sinopsisnya, adegan pembukanya adalah penjemputan Kelsea dari rumah orangtua angkatnya. Hari itu usia Kelsea sudah mencapai 19 tahun. Sudah sering membaca fantasi di mana tokoh utamanya 16 tahun, 14 tahun, 13 tahun, bahkan 12 dan 11 tahun, Tearling ini punya umur yang tidak biasa, 19 tahun. Awalnya mengira, usia 19 karena di buku ini banyak adegan kekerasan maupun kekerasan seksual, lalu ada juga adegan telanjang, tapi dipikir-pikir Game of Thrones malah lebih banyak kekerasan dan banyak tokohnya malah baru 13-14 tahun...

Jadi, Kelsea dijemput kembali ke istana--tepatnya Benteng. Perjalanannya sendiri sudah berbahaya karena ada kelompok-kelompok yang tidak ingin Kelsea kembali dan naik takhta. Kemudian saat tiba di ibukota--London Baru--berbagai bahaya mengancam. Kelsea harus membuktikan pada semua pihak bahwa ia memang layak menjadi seorang Ratu.

Suka dengan karakteristik Kelsea ini, terdidik dengan baik: sejarah, bahasa, bahkan suka juga membaca fiksi, dan di perpustakaan Carlin terdapat juga satu set Harry Potter dan satu set Lord of the Rings lengkap dengan the Hobbit-nya. Kelsea juga terbiasa olah fisik: memanjat pohon, naik kuda. Dan selera makannya juga baik. Jadi, Kelsea jauh dari kata cantik jelita xDD

Karena terlebih dahulu mendapat informasi bahwa novel ini akan dibuat film dengan Emma Watson sebagai Kelsea, mau tidak mau saat membaca membayangkan sosok Emma sebagai Kelsea. Pasti seru, apalagi di beberapa adegan, seperti pengejaran oleh rajawali dan oleh kelompok Caden. Kira-kira adegan keluar dari bak mandi itu ada engga ya? Hihi #dibanjur

Lalu, informasi beberapa kali diselipkan Erika: pengawal-pengawal Ratu, sebagian anggota Caden, Fetch, semua berwajah tampan. Hayolo... kira-kira siapa yang bakal memerankan mereka ya?

Setting cerita ini ada di masa depan, di saat negara Amerika, Inggris dll terkena bencana, dan sebagian melakukan Penyeberangan ke Eropa Baru. Sayang tidak semua kapal sampai tujuan, ada kapal yang berisi tenaga-tenaga medis tidak sampai ke tujuan. Tempat-tempat pendaratan juga berbeda-beda, ada yang tanahnya memiliki cadangan logam ada yang tidak. Dengan demikian, segala sesuatu dimulai dari awal lagi.

Bahkan kemudian dipaparkan: tidak ada mesin cetak! Jadi buku-buku yang ada itu adalah bawaan dari Para Penyeberang, yang dibatasi seorang hanya boleh membawa 10 buah buku. Sementara di Perpustakaan Carlin, Kelsea memperkirakan ada dua ribu buku, berarti perjuangan berat untuk mengumpulkannya.

Sampulnya cakep, warna-warnanya suka. Teks dalam naskahnya agak mengganggu: marginnya kecil banget. Nyaris menyentuh pinggir kertas. Dan jadinya tidak bebas bikin marginalia. Terjemahannya oke, ada beberapa bagian kelihatannya diperhalus, soalnya baca bahasa Inggrisnya kesannya gore. Halaman 54 misalnya, prajurit Mort dipaparkan ''menganiaya' sementara pada edisi bahasa Inggris secara eksplisit dipaparkan apa yang sedang dilakukan kesepuluh prajurit itu.

Baiklah, mari kita menanti buku 2: Invasion of the Tearling, dan mari kita menanti filmnya!