Saturday, February 25, 2017

[REVIEW] Semua Ikan Di Langit










SEMUA IKAN DI LANGIT
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Ilustrasi juga oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
Pemenang Pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2016
262 hlm
Grasindo, Jakarta 2017


Ini adalah sebuah kisah cinta.

Pra-prolognya menyimpulkan:


Inilah kenapa perut orang jadi gendut kalau makan terlalu banyak: karena mereka perlahan-lahan menjadi planet, dimulai dari perut yang menyimpan begitu banyak konstelasi bintang.


Dalam bincang bukunya Ziggy tadi sore di Bandung, pembawa acara @arielseraphino menyatakan, walau ini adalah pemenang Sayembara Novel DKJ, walau ada banyak orang menyatakan ini adalah karya sastra, tetapi biarlah semua orang membacanya sesuai dengan kesukaannya. Ada yang menyatakan ini karya religius (karena Beliau-kah?) ada yang menyatakan mirip-mirip Le Petit Prince-lah. Bebas saja!

Karena ambu membaca beberapa karyanya di wilayah anak-anak (Planetes, Teru Teru Bozu, Toriad) dan kemudian membaca pra-prolog sedemikian, maka ambu bersiap untuk membaca karya fantasi dengan kacamata anak-anak!

Jadi, tersebutlah sebuah bus DAMRI biru trayek Dipati Ukur – Leuwipanjang, yang setelah seharian bertugas berkeliling kota, pulang, mandi, dan beristirahat untuk kembali bertugas esok hari.

Tetapi, tidak.

Malam itu sang bus kedatangan tamu, segerombolan ikan julung-julung, yang membawanya terbang ke antariksa. Bersama dengan seorang anak laki-laki--si bus menyebutnya Beliau--mereka bepergian ke sana ke mari. Menuju Kamar Paling Berantakan di Seluruh Dunia dan meraup Bastet si kucing. Menjemput Nad--nama panjangnya adalah Nadezhda, bagus amat namanya untuk seekor kecoa! Bukan hanya bepergian antar-galaksi, tetapi juga antar-waktu, mereka menuju Auschwitz, Jerman 1944.

Dalam perjalanannya, sang bus kemudian mengetahui, menyadari, merasakan, berbagai hal. Rasa sedih. Rasa marah. Melalui Nad sang kecoa pintar, si bus juga mengetahui berbagai hal. Oya, si Bus juga bisa berkomunikasi dengan makhluk lain melalui kaki-kaki mereka yang menapak lantai bus. Demikianlah caranya ia berbicara dengan Nad, dengan Chiro si kucing, dengan Umi Yuyun, dengan siapapun.

Mengetahui bahwa Beliau mahir menjahit, menjahit segala hal, bahkan menjahit hati yang patah. Mengetahui alasan kenapa Beliau tetap mengapung dan tak menapak di lantai bus. Dan mengetahui bahwa...

...ia, si bus, bisa mencintai.


...Kadang-kadang, Beliau membiarkan makhluk hidup yang berada di sekitar benda mati membagikan sedikit jiwanya ke benda mati itu. Kalau mereka cukup peduli dengan si benda mati, tentu saja... [131]

Karena itulah ambu merasa bahwa cerita ini adalah cerita cinta. Cinta yang tidak biasa, yang sangat sederhana, tetapi karenanya manis dan unyu.

Iya, unyu! Walau bus selalu menganggap dirinya gendut, tetapi ia unyu di mataku.

Dan buku ini dipermanis dengan ilustrasi Ziggy sendiri, berwarna dan unyu sekali. Walau ada beberapa di antaranya membuat mata basah.

kusedih...

*peluk Bus*

Dari Bincang Buku tadi sore juga diketahui bahwa buku ini akan dibawa ke London Book Fair. Tadi ada buku terjemahannya, persis rupa sampulnya. Diterjemahkan sendiri oleh Ziggy!

Semoga semakin banyak yang membaca buku ini!