[Hotter Potter January Meme] Ramuan
Pagi yang agak mendung di Bandung rupanya tidak menghalangi seekor unggas mengarungi perjalanan jauh demi menunaikan tugas: menyampaikan sepucuk surat. Dan sepertinya suratnya bukan surat biasa.
Suratnya tebal. Er, mungkin karena kertasnya tebal.
Amplopnya tidak putih bersih, tetapi agak kekuningan. Tinta yang dipakai berwarna hijau. Tulisannya meliuk-liuk, bagai tulisan orang dari jaman abad pertengahan, tulisan sambung.
Di sebelah stoples makanan kucing di dapur, ada juga sebuah stoples yang agak jarang dipergunakan: stoples makanan burung hantu. Jadi, sebelum membuka suratnya, aku mengisi sebuah wadah dengan makanan burung hantu penuh-penuh, mengisi sebuah wadah lagi dengan air untuk minumnya, dan setelah dia mulai makan, baru aku membuka suratnya hati-hati.
&%$^(#*&#*!
Ja-jadi Guru Ramuan? Mengisi posisi Profesor Severus Snape? Yaiy!
Lagipula, anak-anak di rumah sudah besar. Sudah bisa ditinggal. Yang besar malah sudah masuk asrama, tidak ada di rumah. Sehari-hari kerjaan hanya beres-beres, masak dan sedikit mencuci. Habis itu, browsing sepanjang hari.
Hm, apa boleh ya, siang mengajar di Hogwarts, dan sorenya kembali ke rumah?
Mungkin harus ditanyakan dulu pada Profesor McGonagall!
Jadi, aku duduk, membuka laci di meja kerja, mengeluarkan perkamen, pena bulu, dan tinta. Pena bulunya sudah agak mengering karena sudah agak lama tidak dipergunakan. Jadi, kuuapkan dulu di atas gelas berisi air panas. Baru bisa dicelupkan dalam tinta, dan dipakai menulis.
Pendeknya, aku menulis, aku bersedia mengisi posisi itu, tetapi menanyakan dulu boleh-tidaknya aku hanya ada di Hogwarts di pagi/siang hari. Atau mungkin, Senin-Jumat. Sabtu dan Minggu kembali ke Bandung.
Burung hantu sekolah itu sudah selesai makan ketika aku mengelem amplop suratku. Kuberikan padanya, kuikat di kaki kanannya.
"Berikan pada Profesor McGonagall ya, burunghantu yang baik!" sahutku.
"Uh-hu! Uh-hu!"
Dan burung hantu itu terbang dengan kecepatan tinggi, menembus angkasa Bandung yang mendadak sekarang menjadi cerah ceria!
Ramuan!
Mata pelajaran yang menjadi idamanku sedari dulu!
Tapi, oh tentu saja, akan kuajarkan dengan caraku sendiri. Walau, mungkin saja, kurikulum yang disusun oleh Profesor Severus Snape akan digunakan juga.
Misalnya:
Tak akan banyak kibasan tongkat juga di kelasku. Mungkin, malahan akan banyak keluar ilmu masak-memasak. Maklum, gurunya emak-emak!
Kalian tak tahu kalau Ramuan itu dekat dengan masak memasak?
Coba buka buku 'Pembuatan Ramuan Tingkat Lanjut' versi yang sudah dicorat-coret oleh Pangeran Berdarah Campuran. AKA Severus Snape sendiri. Akan ditemukan kalimat (bagian alternatif untuk petunjuk memotong-motong kacang sopophorous):
Tahukah kalian itu adalah prinsip dalam memotong bawang putih? Kalau kalian memotong-motong bawang putih langsung setelah mengupasnya, aromanya saat ditumis tidak akan seharum jika dikeprek dulu oleh bagian datar pisau, baru diiris-iris--kalau bisa--atau dicincang. Cairan akan keluar dari cincangan bawang putih itu. Dan aromanya? Hmmm, harumnya!
Jadi, sampai berjumpa di Hogwarts, dalam kelas Ramuan versi emak-emak edisi masak memasak!
Suratnya tebal. Er, mungkin karena kertasnya tebal.
Amplopnya tidak putih bersih, tetapi agak kekuningan. Tinta yang dipakai berwarna hijau. Tulisannya meliuk-liuk, bagai tulisan orang dari jaman abad pertengahan, tulisan sambung.
Di sebelah stoples makanan kucing di dapur, ada juga sebuah stoples yang agak jarang dipergunakan: stoples makanan burung hantu. Jadi, sebelum membuka suratnya, aku mengisi sebuah wadah dengan makanan burung hantu penuh-penuh, mengisi sebuah wadah lagi dengan air untuk minumnya, dan setelah dia mulai makan, baru aku membuka suratnya hati-hati.
SEKOLAH SIHIR HOGWARTS
Kepala Sekolah: Minerva McGonagall
Mrs Ambu Dian yang baik,
Dengan penuh harap kami meminta agar Anda bisa mengisi lowongan staff pengajar di Sekolah Sihir Hogwarts untuk tahun ajaran 2013-2014 ini, untuk posisi Guru Ramuan.
Surat kesediaan/ketidakbersediaan Anda mohon diberikan pada burung hantu ini.
Terimakasih.
Hormat saya,
Prof. Minerva McGonagall
&%$^(#*&#*!
Ja-jadi Guru Ramuan? Mengisi posisi Profesor Severus Snape? Yaiy!
Lagipula, anak-anak di rumah sudah besar. Sudah bisa ditinggal. Yang besar malah sudah masuk asrama, tidak ada di rumah. Sehari-hari kerjaan hanya beres-beres, masak dan sedikit mencuci. Habis itu, browsing sepanjang hari.
Hm, apa boleh ya, siang mengajar di Hogwarts, dan sorenya kembali ke rumah?
Mungkin harus ditanyakan dulu pada Profesor McGonagall!
Jadi, aku duduk, membuka laci di meja kerja, mengeluarkan perkamen, pena bulu, dan tinta. Pena bulunya sudah agak mengering karena sudah agak lama tidak dipergunakan. Jadi, kuuapkan dulu di atas gelas berisi air panas. Baru bisa dicelupkan dalam tinta, dan dipakai menulis.
Pendeknya, aku menulis, aku bersedia mengisi posisi itu, tetapi menanyakan dulu boleh-tidaknya aku hanya ada di Hogwarts di pagi/siang hari. Atau mungkin, Senin-Jumat. Sabtu dan Minggu kembali ke Bandung.
Burung hantu sekolah itu sudah selesai makan ketika aku mengelem amplop suratku. Kuberikan padanya, kuikat di kaki kanannya.
"Berikan pada Profesor McGonagall ya, burunghantu yang baik!" sahutku.
"Uh-hu! Uh-hu!"
Dan burung hantu itu terbang dengan kecepatan tinggi, menembus angkasa Bandung yang mendadak sekarang menjadi cerah ceria!
Ramuan!
Mata pelajaran yang menjadi idamanku sedari dulu!
Tapi, oh tentu saja, akan kuajarkan dengan caraku sendiri. Walau, mungkin saja, kurikulum yang disusun oleh Profesor Severus Snape akan digunakan juga.
Misalnya:
...tak banyak kibasan tongkat yang konyol di sini.. [HPdBB, hlm 171]
Tak akan banyak kibasan tongkat juga di kelasku. Mungkin, malahan akan banyak keluar ilmu masak-memasak. Maklum, gurunya emak-emak!
Kalian tak tahu kalau Ramuan itu dekat dengan masak memasak?
Coba buka buku 'Pembuatan Ramuan Tingkat Lanjut' versi yang sudah dicorat-coret oleh Pangeran Berdarah Campuran. AKA Severus Snape sendiri. Akan ditemukan kalimat (bagian alternatif untuk petunjuk memotong-motong kacang sopophorous):
Dikeprek dengan bagian datar belati perak akan mengeluarkan cairan lebih banyak daripada memotong-motongnya [HPdPBC, hlm 241]
Tahukah kalian itu adalah prinsip dalam memotong bawang putih? Kalau kalian memotong-motong bawang putih langsung setelah mengupasnya, aromanya saat ditumis tidak akan seharum jika dikeprek dulu oleh bagian datar pisau, baru diiris-iris--kalau bisa--atau dicincang. Cairan akan keluar dari cincangan bawang putih itu. Dan aromanya? Hmmm, harumnya!
Jadi, sampai berjumpa di Hogwarts, dalam kelas Ramuan versi emak-emak edisi masak memasak!