[REVIEW] The Long Way to a Small Angry Planet
The Long Way to a Small Angry Planet
Becky Chambers
Hodder & Stoughton, 2015
Lelah dengan novel-novel dystopia nan penuh angst, lalu tak selesai-selesai (terbit satu, sambutannya bagus, lalu jadi trilogi, lalu ada prekuel, lalu ada dari POV tokoh lain--padahal ceritanya masih di situ-situ saja, dan seterusnya, dan seterusnya). Lelah juga dengan novel-novel yang katanya scifi, tapi isinya cuma romans dengan latar belakang 'planet anu galaksi anu' doang.
Lalu ada ini. Judulnya unyu. Jadi penasaran kan.
Semakin menggoda saat di bookdepository diskon 40% lebih, tinggal 70rb. Tapi ga punya CC. Tapi bisa nitip. Ehehe. Jadilah kutitip. Lalu kulupakan (soalnya pembelian bookdepo-ku yg pertama datengnya 2 bulan dong). Ternyata 3 minggu udah dateng! Ini pertanda!
Pandangan pertama, bukunya lumayan tebel. Lalu hurufnya kecil-kecil. Seperti biasa, baca awalnya rada lama, rada lelet.
Bab pertama tentang tokoh utama wanita. Bab kedua tokoh utama pria. LANGSUNG SUUDZON: ini pasti romans antara mereka! Hih, romans ngaku-ngaku scifi lagi deh!
Tapi review-review di GR bagus-bagus, dan banyak yang senang karena 'with positive vibes'. Baiklah. Mari kita coba teruskan.
Apalagi kemudian ada challenge membaca di bulan Mei. Ada motivasi untuk menyelesaikan. Beberapa buku di awal Mei ada yang kurang klik buatku, tapi tetap kuselesaikan juga. Jadi, inipun kubaca dengan motivasi sama: selesaikan demi challenge.
TERNYATA KUTAKMENYESAL!
Jadi, TLWtaSAP ini mengisahkan keseharian para awak kapal kargo antar galaksi: Wayfarer. Ada yang menyamakan dengan Star Wars. Memang kesan pertama lebih ke Star Wars: kapal compang-camping dengan teknologi tambal sulam. Langsung keingetan kapalnya Han Solo.
Tapi mereka jauh dari perang (ada sih perang, tapi di galaksi entah di mana). Jadi lama-kelamaan kesannya justru lebih ke Star Trek. Berpetualang ke planet-planet ke galaksi-galaksi dengan budaya berbeda (awak kapal Wayfarer sendiri juga beda spesies beda budaya). To boldly go where no man has gone before, gitu.
Kapten kapalnya Ashby Santoso. Dengan deskripsi: 'tight black curly hair, amber skin' boleh ditebak dia berasal dari bumi sebelah mana. Iya, kapten Santoso, manusia yang leluhurnya dari bumi, tapi bumi sudah tidak bisa ditempati, jadi manusia bumi terpencar-pencar: ada yg menetap di koloni di Mars seperti Rosemary Harper, ada yang seperti Artis Corbin, ahli algae--bahan bakar kapal, di salah satu bulannya Saturnus, Sol.
Kapten Ashby ini terkenal di antara awaknya sebagai engga mau pegang senjata. Dia trauma perang.
'Humans can't handle war [...] we're just not... mature enough for it' (hlm 133-134)
Lalu ada Sissix, pilot dari Aandrisk, semacam reptil cerdas. Dokter merangkap koki: Dr Chef, seorang/seekor (?) Grum. Nama aslinya bukan untuk diucapkan manusia karena syusyahsekali, jadilah dia bertitel Dr Chef. Kelaminnya sekarang laki-laki, karena seorang Grum itu terlahir perempuan, setelah selesai habis telur-telurnya dia menjadi laki-laki, lalu nanti saat tua: bukan dua-duanya.Tangan/kakinya enam. Ada juga Ohan, navigator, menyebutnya bukan 'he' tetapi 'they' karena mereka itu Sianit Pair. Kizzy Shao, teknisi mesin yg cerewet bukan kepalang, lalu Jenks teknisi komputer dan sejenisnya yg jatuh cinta pada AI kapal: Lovelace aka Lovey.
Berbagai kesulitan, kesenangan, takjub dan kekaguman, filosofi dan sikap selesai dituliskan satu atau dua bab. Jadi kepikir kalau dibikin film, bagusnya bukan film bioskop tapi film seri televisi kali ya! Dan memang, isinya ternyata penuh positive vibes. Ada banyak pertengkaran dan kesulitan, berakhir dengan--tidak selalu manis sih, tapi bittersweet gitu. Kesannya, para awak kapal ini punya persaudaraan yang erat.
Kemudian ternyata ada lanjutannya, The Close and Common Orbit, mengisahkan awak kapal yang lain. Jadi bisa dibaca sendiri-sendiri, bukan satu cerita. Kumauuuuuu!
Oya, buku ini cuma terbit edisi paperback-nya saja. Ada edisi US ada UK, karena edisi UK-ku unyu, maka akan kutunggu buku 2 edisi UK-nya, 15 Juni nanti (edisi US-nya udah terbit duluan)
Ingin baca lagiiiiiii xDD