Snape, care or not?
JKR tidak membuat bukunya penuh dengan tokoh hitam-putih. Tetapi justru penuh dengan tokoh yang berwarna-warni.
Maksudku, tidak ada tokoh yang jelas-jelas baik dan ‘putih’. Bahkan Dumbledore-pun ada kesalahannya. Dia bukan malaikat, dia manusia –ops, maksudku ‘penyihir’—biasa.
Tokoh-tokoh tidak ada yang putih benar-benar. Dalam cerita ini, tokoh utamanya Harry Potter. Tetapi tidak dilukiskan bahwa semua yang berada di pihak putih, juga mendukung Harry.
Ada tokoh yang kelihatannya berada di pihak hitam. Padahal JKR jelas-jelas melabeli-nya dengan label putih. Karena ia jelas-jelas tidak suka pada Harry Potter, maka ada banyak fans yang tidak suka padanya.
Snape, misalnya.
JKR sendiri yang bilang, ‘He’s not nice’. Iya, kan? Tetapi, apakah untuk berada di pihak kebenaran, dia harus ‘nice’? Harus menyenangkan?
Tidak. Kita juga tahu bahwa obat itu rata-rata pahit. Permen dan coklat yang manis itu bahkan merusak gigi.
Tapi bagaimana kita tahu kalau sebenarnya Prof. Snape itu ‘care’ pada Harry? Bukankah dia gemar memotong poin Gryffindor?
Dari buku 1 saja kita tahu bahwa dia sengaja menjadi wasit kala pertandingan Quidditch antara Gryffindor dengan Hufflepuff. Dan dia tidak peduli, apakah anak-anak tahu atau tidak, siapa yang sebenarnya dia lindungi.
Buku 5 apalagi. Jika saja Harry benar-benar mengikuti pelajaran Occlumency, maka ia tidak akan mengikuti mimpinya tentang Sirius. Dan kalau saja dia ingat bahwa:
------
…Dia mengira semua anggota Orde, semua yang bisa membantunya menyelamatkan Sirius, telah pergi—tetapi dia keliru. Masih ada satu anggota Orde Phoenix di Hogwarts—Snape.”
“…“Begitu?” kata Snape, baru memperlihatkan sedikit minat ketika dia menoleh memandang Harry…
Matanya yang dingin, gelap, membor ke dalam mata Harry, yang balas menatapnya dengan tegar,berkonsentras penuh pada apa yang telah dilihatnya dalam mimpinya, berharap Snape membacanya dalam benaknya, memahaminya…
Snape memandang Harry, yang balas memandangnya, panik ingin berkomunikasi tanpa kata-kata. …
“Dia menawan Padfoot!” …
Snape berhenti dengan tangan pada pegangan pintu kantor Umbridge. …
Snape berpaling memandang Harry, …
------
[HP OotP, 1025-1028]
Kita tahu Snape itu ahli Legilimens. Sudah barang tentu dia sudah masuk ke dalam pikiran Harry. Tetapi ketika Snape memberitahu anggota Orde yang lain,
-----
“…ketika kau mengirim pesan samar pada Profesor Snape di kantor Umbridge, dia sadar kau mendapat penglihatan bahwa Sirius tertawan di Departemen Misteri …”
-----
[HP OotP, 1145]
Harry malah menyalahkannya. Dengan menyalahkan Snape dia merasakan kesenangan liar dalam menyalahkan Snape, rasanya sedikit meringankan rasa bersalahnya sendiri.
Hubungan Snape dengan Harry memang tidak baik. Komunikasi mereka seperti layaknya orang sedang bermusuhan. Tapi Snape tetap memperhatikan Harry. Dengan caranya sendiri. Ada atau tidak ada orang yang memperhatikan.
Maksudku, tidak ada tokoh yang jelas-jelas baik dan ‘putih’. Bahkan Dumbledore-pun ada kesalahannya. Dia bukan malaikat, dia manusia –ops, maksudku ‘penyihir’—biasa.
Tokoh-tokoh tidak ada yang putih benar-benar. Dalam cerita ini, tokoh utamanya Harry Potter. Tetapi tidak dilukiskan bahwa semua yang berada di pihak putih, juga mendukung Harry.
Ada tokoh yang kelihatannya berada di pihak hitam. Padahal JKR jelas-jelas melabeli-nya dengan label putih. Karena ia jelas-jelas tidak suka pada Harry Potter, maka ada banyak fans yang tidak suka padanya.
Snape, misalnya.
JKR sendiri yang bilang, ‘He’s not nice’. Iya, kan? Tetapi, apakah untuk berada di pihak kebenaran, dia harus ‘nice’? Harus menyenangkan?
Tidak. Kita juga tahu bahwa obat itu rata-rata pahit. Permen dan coklat yang manis itu bahkan merusak gigi.
Tapi bagaimana kita tahu kalau sebenarnya Prof. Snape itu ‘care’ pada Harry? Bukankah dia gemar memotong poin Gryffindor?
Dari buku 1 saja kita tahu bahwa dia sengaja menjadi wasit kala pertandingan Quidditch antara Gryffindor dengan Hufflepuff. Dan dia tidak peduli, apakah anak-anak tahu atau tidak, siapa yang sebenarnya dia lindungi.
Buku 5 apalagi. Jika saja Harry benar-benar mengikuti pelajaran Occlumency, maka ia tidak akan mengikuti mimpinya tentang Sirius. Dan kalau saja dia ingat bahwa:
------
…Dia mengira semua anggota Orde, semua yang bisa membantunya menyelamatkan Sirius, telah pergi—tetapi dia keliru. Masih ada satu anggota Orde Phoenix di Hogwarts—Snape.”
“…“Begitu?” kata Snape, baru memperlihatkan sedikit minat ketika dia menoleh memandang Harry…
Matanya yang dingin, gelap, membor ke dalam mata Harry, yang balas menatapnya dengan tegar,berkonsentras penuh pada apa yang telah dilihatnya dalam mimpinya, berharap Snape membacanya dalam benaknya, memahaminya…
Snape memandang Harry, yang balas memandangnya, panik ingin berkomunikasi tanpa kata-kata. …
“Dia menawan Padfoot!” …
Snape berhenti dengan tangan pada pegangan pintu kantor Umbridge. …
Snape berpaling memandang Harry, …
------
[HP OotP, 1025-1028]
Kita tahu Snape itu ahli Legilimens. Sudah barang tentu dia sudah masuk ke dalam pikiran Harry. Tetapi ketika Snape memberitahu anggota Orde yang lain,
-----
“…ketika kau mengirim pesan samar pada Profesor Snape di kantor Umbridge, dia sadar kau mendapat penglihatan bahwa Sirius tertawan di Departemen Misteri …”
-----
[HP OotP, 1145]
Harry malah menyalahkannya. Dengan menyalahkan Snape dia merasakan kesenangan liar dalam menyalahkan Snape, rasanya sedikit meringankan rasa bersalahnya sendiri.
Hubungan Snape dengan Harry memang tidak baik. Komunikasi mereka seperti layaknya orang sedang bermusuhan. Tapi Snape tetap memperhatikan Harry. Dengan caranya sendiri. Ada atau tidak ada orang yang memperhatikan.