Monday, February 09, 2015

[REVIEW] Gods and Warriors: The Eye of Falcon


GODS AND WARRIORS: THE EYE OF FALCON
Michelle Paver
297 hlm
London, Puffin Books
2014

Buku ketiga dari seri Gods and Warriors.

Di akhir buku kedua, Hylas di tengah suasana kacau, gunung Thalakrea yang akan meletus, memaksa Pirra untuk naik ke kapal yang akan membawanya kembali ke Keftiu. Bersama Havoc yang masih dalam kerangkeng, dengan asumsi: Userref, budak Pirra, memuja singa. Bersama mereka, Havoc pasti aman nyaman sejahtera.

Pirra membenci Hylas karena ia mengira Hylas menyia-nyiakannya. Havoc juga mengira Hylas menyia-nyiakannya.

Di buku ketiga ini, sepertinya mereka benar.

Ketika Hylas mendarat di Keftiu dengan kapal lain, suasana yang berbeda sama sekali menyambutnya. Tak ada kehidupan. Mayat di mana-mana. Bahkan di sini ia menemukan hal lain: ia bisa melihat hantu!

Periphas dan rekan-rekan sekapal yang lain segera menyadari bahwa Keftiu sedang dilanda wabah, memutuskan untuk segera pergi lagi dan mencari daratan lain untuk didatangi.

Tapi Hylas bersikeras untuk tetap di situ, mencari tahu nasib Pirra dan Havoc.

Bertemu dengan sekelompok orang yang masih selamat, Hylas kemudian tahu bahwa Pendeta Tinggi ibu Pirra sudah meninggal, Pirra dan Userreff diasingkan di Taka Zimi, agar tak kena wabah. Hylas juga mengetahui: karena Thalakrea meletus, abu menutupi matahari sudah berbulan-bulan, seperti musim dingin tak henti-henti. Jadi inget Krakatau...

Selain abu menutupi matahari, tsunami juga melanda Keftiu, menyusul wabah. Sempurna. Keftiu jadi daerah mati.

Pirra dan Userref diasingkan di Taka Zimi. Sementara Havoc terpisah saat tsunami, terlunta-lunta di tempat bukan habitatnya.

Hylas bertekad mencari mereka.

Ia bertemu Havoc sekilas, tapi Havoc malah membencinya dan pergi. Di situ Hylas juga melihat Akastos, yang menyelamatkan jiwanya, memberinya Dittany agar tak terkena wabah, dan juga menceritakan asal-usulnya. Tapi saat Hylas tersadar suatu hari, Akastos sudah pergi.

Hylas meneruskan perjalanan ke Taka Zimi, sambil tersadar: ternyata Crows juga mendatangi Taka Zimi karena curiga Pirra-lah yang memegang Belati.

Pirra di Taka Zimi sempat menyelamatkan seekor anak falcon, yang diberinya nama Echo. Echo diberi makan dan dirawat Pirra menjadikannya tidak bisa berburu sendiri. Belum bisa :p

Akan tetapi Pirra kemudian terkena wabah. Pelayan-pelayannya kabur takut ketularan. Userref menawarkan diri mencari penawar, akan tetapi Pirra sadar ia akan segera mati, maka ia membisikkan di mana ia menyimpan Belati.

Apakah Hylas bisa menyelamatkan Pirra, dari Wabah maupun dari Telamon dan Crow? Apakah Hylas bisa bertemu Havoc lagi? Apakah mereka bisa mengusir Wabah dari seluruh wilayah Keftiu, juga mengembalikan Matahari yang selama ini tertutup abu? Apakah mereka bisa bertemu Userref dan Belati lagi?

Karen buku ketiga ini baru beberapa bulan terbit, sepertinya buku keempat masih harus ditunggu lama, huhuhu!

Tapi seperti biasa, senang akan tulisan Michelle. Terutama bagian sudut pandang Havoc dan Echo. Suka bagaimana Michelle me-riset bagaimana singa dan falcon 'merasa' suatu peristiwa dan bagaimana mereka bersikap.

Suka juga melihat perkembangan sikap Telamon. Dari teman Hylas, kemudian ragu antara Hylas dan Crows, kemudian semakin dekat pada Crows. Apakah di buku selanjutnya Telamon akan menjadi musuh abadi Hylas, ataukah ia akan kembali menjadi kawan?

Harus menunggu buku selanjutnya. Btw, akan jadi enam buku lagi-kah seperti CoAD? :p

0 Comments:

Post a Comment

<< Home