The Jane Austen Book Club
Hari Sabtu sehabis ngumpul dengan para Defenders of Snape yang imut-imut (contoh: mita, novia, anne, dan herda ... :P) di rumah, malemnya dan Minggu besoknya, Ambu nonton Mesmer yang dibawain mita. Ternyata ... nggak puas. Pengen nonton pakde Rickman lagi dengan pakaian jaman dulu gitu. Jadi Senin pagi bongkar-bongkar DVD dan dapet Sense and Sensibility.
Karena tugas tidak bisa ditinggalkan, maka Ambu ngangkut laptop ke deket jendela depan, nonton sambil celingukan nunggu tukang sayur, tukang gas, tukang tahu. Mita menjulukinya:
Wekekek. Lha kalau Ambu nonton dengan anggun di DVD player di tengah rumah, kerjaan rumah nggak bakalan selesai!
Sejak itu Ambu jadi pengen liat lagi pakde Rickman pake kostum jaman baheula. Sayang Ambu belum punya Perfume *menjadwalkan kunjungan ke Kota Kembang buat nyari DVD bajakan, hihi*
Kemarin jadwal terbitnya majalah Tempo, dan Ambu nggak gitu memperhatikan. Biasanya isinya santapan Abah :P Tadi pas Ambu iseng baca-baca, ada sinopsis film 'The Jane Austen Book Club' Euh, pas banget, baru kemarin Ambu nonton lagi 'Sense'. Kaya'nya mesti dicari tuh, DVD-nya ...
Satu lagi. Ambu baru nyadar. Bahwa selama ini Ambu memposisikan Snape sebagai 'good man' (bukan 'nice man') sadar nggak sadar ternyata ada hubungannya juga dengan peran-peran dia di film-film sebelumnya. Coba lihat gimana dia sebagai Colonel Brandon *meleleh* Memang utamanya sih karena Ambu yakin Snape sebagai mata-mata, pasti dia ada di pihak Putih. Tapi, dengan nonton 'Sense', 'Truly' dan entah berapa film lagi, yang terbentuk itu: Snape is a good man. Or good wizard :P
Ngomong-ngomong soal Snape is a good man, jadi keingetan waktu sebelum buku 7 terbit. Sebagian orang yang merasa Snape mungkin berada di pihak Putih, tetap merasa ragu akan pilihannya itu, karena Snape membunuh Dumbledore.
Ambu tidak ragu.
Kenapa? Mungkin karena waktu itu lagi sering baca yang berkaitan dengan mercy killing. Euthanasia. Atau bahkan seppuku (kalau nggak salah, waktu itu Ambu lagi baca serial Klan Otori, dan akhirnya bikin FF JATO) Walau kelihatannya impossible banget kalau JKR mau masukin Snape berbudaya Timur, tapi itu membuat pembunuhan Snape atas Dumbledore lebih mudah bisa diterima akal sehat.
Dan itu membuat:
We are Defenders, are we?
Karena tugas tidak bisa ditinggalkan, maka Ambu ngangkut laptop ke deket jendela depan, nonton sambil celingukan nunggu tukang sayur, tukang gas, tukang tahu. Mita menjulukinya:
...Ambruk imej c jane austen...
Wekekek. Lha kalau Ambu nonton dengan anggun di DVD player di tengah rumah, kerjaan rumah nggak bakalan selesai!
Sejak itu Ambu jadi pengen liat lagi pakde Rickman pake kostum jaman baheula. Sayang Ambu belum punya Perfume *menjadwalkan kunjungan ke Kota Kembang buat nyari DVD bajakan, hihi*
Kemarin jadwal terbitnya majalah Tempo, dan Ambu nggak gitu memperhatikan. Biasanya isinya santapan Abah :P Tadi pas Ambu iseng baca-baca, ada sinopsis film 'The Jane Austen Book Club' Euh, pas banget, baru kemarin Ambu nonton lagi 'Sense'. Kaya'nya mesti dicari tuh, DVD-nya ...
Satu lagi. Ambu baru nyadar. Bahwa selama ini Ambu memposisikan Snape sebagai 'good man' (bukan 'nice man') sadar nggak sadar ternyata ada hubungannya juga dengan peran-peran dia di film-film sebelumnya. Coba lihat gimana dia sebagai Colonel Brandon *meleleh* Memang utamanya sih karena Ambu yakin Snape sebagai mata-mata, pasti dia ada di pihak Putih. Tapi, dengan nonton 'Sense', 'Truly' dan entah berapa film lagi, yang terbentuk itu: Snape is a good man. Or good wizard :P
Ngomong-ngomong soal Snape is a good man, jadi keingetan waktu sebelum buku 7 terbit. Sebagian orang yang merasa Snape mungkin berada di pihak Putih, tetap merasa ragu akan pilihannya itu, karena Snape membunuh Dumbledore.
Ambu tidak ragu.
Kenapa? Mungkin karena waktu itu lagi sering baca yang berkaitan dengan mercy killing. Euthanasia. Atau bahkan seppuku (kalau nggak salah, waktu itu Ambu lagi baca serial Klan Otori, dan akhirnya bikin FF JATO) Walau kelihatannya impossible banget kalau JKR mau masukin Snape berbudaya Timur, tapi itu membuat pembunuhan Snape atas Dumbledore lebih mudah bisa diterima akal sehat.
Dan itu membuat:
'And my soul, Dumbledore? Mine?'jadi lebih mudah dijelaskan. Pembunuhan biasa akan merusak jiwa Snape, tapi pembunuhan atas dasar mercy killing/euthanasia/seppuku tidak akan merusak jiwa Severus. Bahkan dalam kebudayaan Jepang, Severus dianggap berjasa atas pembunuhannya pada Dumbledore. Karena itulah Ambu tidak gentar, tidak ragu, saat Severus membunuh Dumbledore.
We are Defenders, are we?
0 Comments:
Post a Comment
<< Home